Tag Archives: Libya

Perompak Somalia Berhenti Merompak dan Akhir Libya

21 Apr

Penghentian perompakan di perairan tanduk Afrika dngan mencipta pemerintahan Somalia yang kuat dan legimitasinya diakui mayoritas penduduknya sendiri. Ketiadaan pemerintahan yang mengayomi seluruh penduduk negeri memperpanjang perang saudara yang telah berlangsung bertahun-tahun. Panjangnya perang saudara tanpa ada salah satu duduk sebagai sebagi penguasa efektif tidak semata-mata karena berimbangnya kekuatan antara pemberontak dan pemerintah Somalia. Namun sangat dipengaruhi campur tangan asing berupa intervensi negara tetangga terutama Ethiopia dengan restu AS. Padahal pemerintahan yang berkuasa tengah terdesak dan hampir terguling oleh kelompok fundamentalis yang tidak dikehendaki Paman Sam. Dengan meminjam tangan negara tetangga Somalia, AS membantu pemerintah yang berkuasa untuk mendesak kembali kekuatan pemberontak yang sebelumnya hampir berhasil merebut kekuasan. Skenario ini hampir sama persis dengan apa yang terjadi di Afghanistan. Ketika faksi-faksi Mujahidin berhasil merebut kabul dari rezim komunis Najibullah yang telah ditinggal Uni Soviet 1989, mereka akhirnya saling bertempur berebut kekuasan. Kekuatan yang tersisa berpusat pada 4 kelompok, Jenderal Rashid Dostum, Abdullah Rabbani, Ahmad Syah Massoud, dan Gulbuddin Hekmatyar. Pasukan mereka silih berganti menyerang kabul hingga kemudian pertengahan dekade 90-an muncul faksi baru yang dimotori oleh kaum terpelajar suku Pastun yang berada di wilayah perbatasan Afghanistan dan Pakistan. Faksi baru ini datang seperti gelombang air bah yang tidak mampu ditahan oleh 4 faksi yang saling bertikai. Kelompok Taliban berusaha mengakhiri situasi stagnan akibat pertikain kelompok yang berkuasa. Dengan dukungan mayoritas suku Pastun yang sudah muak dengan kondisi yang ada, Taliban akhirnya merebut Kabul dan membentuk pemerintahan efektif pertama kali pasca pendudukan Uni Soviet. Sisa-sisa kekuatan lama menyingkir utara bertahan di benteng Panglima Ahmad Syah Massoud, Lembah Panshir, daerah suku Uzbek dan Tajik. Sebuah lembah luas yang hanya punya satu pintu masuk dan pintu keluar dimana selama pendudukan Uni Soviet, tentara merah tidak sanggup menahklukkannya. Praktis wilayah kekuasaan sisa penguasa yang lama tinggal 20% dari wilayah Afganistan. Sampai akhirnya pada tahun 2001 pasca serangan menara kembar WTC, AS dan sekutunya datang memberikan bantuan pihak Utara bahkan turun tangan turut menggempur kelompok Taliban. Hingga kini Taliban tersingkir dari Kabul dan bergerilya melawan pemerintahan dukungan AS. Kondisi seperti di Afganistan dan Somalia memberikan situasi tidak menentu bagi penduduknya. Kemiskinan dan kebodohan membelenggu rakyatnya. Skenario seperti itu hampir terjadi pada Myamar seandainya Myanmar tanpa dukungan ASEAN. Skenario itu pula yang sekarang sedangkan diterapkan pada Libya. Cepat atau lambat pasukan pemberontak dukungan Sekutu pasti akan terdesak ke pertahanan terakhir di Benghazi. Pada saat inilah moment mendaratnya pasukan Sekutu tiba untuk turun ikut menggempur pasukan yang setia kepada Moammar Qadafi. Dan nasib Libya pun akan seperti Afghanistan, Somalia, dan Iraq.

Analisis Geopolitik Konflik Libya

31 Mar

Zona larangan terbang (no fly zone) di wilayah yang didominasi pemberontak Libya telah ditegakkan Sekutu dan serangan udara membombardir konsentrasi kekuatan militer pemerintah Libya dalam skema operation dawn odysse. Petinggi Sekutu mengklaim bahwa jatuhnya rezim Qadhafi tidak sampai hitungan bulan. Menilik ekpedisi militer Sekutu di Irak (1991 dan 2003) dan Afganistan 2001, tampaknya sulit target tersebut terealisasi karena tidak adanya dukungan serangan darat Sekutu sebagai penentu akhir dalam sebuah operasi militer. Opsi memperkuat oposisi pasti diambil Sekutu sebagaimana di Iraq mereka berusaha memperkuat terutama kelompok Kurdi di utara yang selalu anti rezim Sunni di bawah Saddam Husein dan kelompok perlawanan Syiah di selatan.Dibantu dengan serangan-serangan udara baik pesawat tempur maupun misil penjelajah seperti desert fox operation guna memperlemah elemen pertahanan militer Iraq supaya pihak oposisi lebih mudah menggulingkan Saddam. Namun cuma gempuran pasukan darat Sekutu yang mampu mendongkel Saddam Hussein dari kekuasaannya secara letterlijk dalam bentuk operation Iraqi freedom. Sementara di Afganistan meski pihak oposis dibantu pihak AS namun cuma bertahan di daerah suku Uzbek dan Tajik di wilayah utara, lembah Pansheer, yang notabene sekedar 20% wilayah Afganistan. Baru setelah Sekutu turun ke dalam serangan darat dalam skema operation enduring freedom, rezim Taliban berhasil didepak. Akan tetapi di kedua negara tersebut meskipun tokoh-tokoh oposisi terkemuka dan kuat telah mengambil kekuasaan namun tidak mengakhiri perlawanan rezim terguling baik kelompok Sunni Iraq dan kelompok Taliban Afganistan hingga saat ini. Baca lebih lanjut

Libya dan Strategi Perang Asimetris Sang Kolonel

6 Mar

Krisis timur tengah dan Afrika utara semakin melebar. Mulai dari konflik Arab-Israel, krisis Iraq, ketegangan Iran, gelombang pemakzulan rezim Tunisia dan Mesir, gelombang destabilisasi Yaman dan Bahrain, kini perang saudara Libya yang makin memburuk. Krisis di Libya melibatkan 3 kekuatan besar dunia: Eropa dan NATO, Rusia & China, Liga Arab & Uni Afrika. AS dan sekutu NATO tampaknya memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan intervensi. Kondisi yang chaos di dalam negeri Libya merupakan prakondisi ideal bagi suatu intervensi militer. AS sendiri secara unilateral pernah melakukannya lewat serangan udara terhadap kota Benghazi tatkala Kol.Gadhafi bermukim di situ. Serangan udara direncanakan dalam operasi El Darado Canyon yang dilancarkan dari satuan kapal induk di perairan teluk Sidra 15 April 1986 namun gagal membunuh sang kolonel. Namun suara sekutu AS terbelah bagi opsi intervensi langsung berkaca dari pengalaman operasi militer di Iraq dan Afganistan serta resistensi yang kuat dari kaum muslim serta dunia ketiga. Liga Arab & Uni Afrika sendiri enggan menerima rencana intervensi militer Barat meski lebih dapat menerima rencana pemberlakuan zona larangan terbang. Rezim-rezim primordial timur tengah pun sangat mengawatirkan campur tangan AS karena sangat berpotensi menggoyang stabilitas kawasan. Baca lebih lanjut